Alhamdulillah saya bisa ngasih anak saya ASI saja sampe umur 13 bulan. Untuk ibu yang dipercayakan rizki yang sama dengan saya sudah sepatutnya bersyukur dan bangga atas perjuangan kita. Say it out loud.. Anak saya hanya menyusui dari air susu saya. Anak saya selama sekian bulan hanya mengkonsumsi ASI saja. We are proud and so deserve it to say it out loud after those hard work.
Tapi apa perlu kita menyebut-nyebut istilah Anak Sapi bagi mereka yang mengkonsumsi susu formula?
Maaf tiba-tiba saya jadi ngebahas ini karena kemarin secara gak sengaja saya baca timeline twitter seorang ibu yang ngasih statement : “karena anak saya bukan anak sapi” dan ternyata menimbulkan reaksi yang kurang nyaman pada ibu-ibu lainnya.
Mungkin maksudnya mau menyampaikan bahwa
“Air susu ibu terbaik bagi bayi ibu, Air susu sapi terbaik bagi bayi sapi”
Tapi penyingkatan istilah anak ASI dan Anak Sapi ini sedikit banyak memunculkan persepsi bahwa bayi yang mengkonsumsi susu formula adalah anak sapi. Mohon maaf kalau saya salah tangkap, tapi setidaknya itulah yang dirasakan oleh teman-teman saya yang sebenarnya sangat ingin memberikan ASI saja kepada bayinya, namun keadaannya tidak memungkinkan.
Saya hanya berpikir, kampanye ASI adalah niat yang sangat baik. Sayang sekali kalau esensinya dirusak karena statement yang memojokkan orang lain.
So please, let’s Breastfeeding without Labelling.
Mau eksklusif atau tidak, kita sama-sama menyusui.
Baca juga :
“Can We Breastfeed Without Labelling others” by Anggi Karimuddin
“ASI Setengah” by Mimie
“Dukung ASI, tapi jangan bikin down para ibu yang gak bisa kasih ASI Eksklusif” by Arienda Sapari
“Any Mom Surely Wants The Best for Their Child” by Manda “Sanetya”
“I love you anakku, maafkan mama dengan segala keterbatasan ini“, by Arty Akinanthi
“Same old problem” by Woro Pradono
Moms, if u’re with us send us your link post and I will write it down here. Thk u
Breastfeeding without labelling iniii, kmrn aku utarakan juga beberapa kali di tweet ke TUM juga mbak..
Aku nyusuin smp zua 33 bulan, dan nggak merasa itu sesuatu yg hebat atau gimana sampai aku perlu meremehkan org lain.. 🙂
Ayo, kita kampanyekan breastfeeding without labelling!
Ya menurut gue sah2 aja kita merasa hebat dan bangga, tapi jangan sampe ada statement yang menyakiti orang lain. heibatt dirimuh menyusui ampe 33 bulan.. *jempol*
Iya mbak,gak harus nyebut2 anak yg gak minum asi dengan istilah anak sapi. Mungkin ibu2 tersebut memang punya alasan kuat (bukan malas/asi gak keluar/asi sedikit) sehingga gak bisa ngasih ASI ke anaknya.
ihihi gw suka geli deh sm ibu2 yg pk istilah anak sapi sm anak yg minum sufor.. kesannya gimanaaa gitu pdhl kan ntar kl udh gede pun kemungkinan akan minum UHT juga fresh milk dan maybe minum susu bubuk yg smuanya berasal dr sapi.. masa iya siiih smp umur 17 ms minum susu ibunya yaaa? 😉
iya aku juga bingung drmn asalnya istilah itu.. ya mudah2an makin banyak yang sadar kalo penggunaan istilah anak sapi itu bikin orang lain gak nyaman.
T_T
Sebagai ibu baru, baca tentang ASI pasti langsung sukses bikin aku nangis sesegrukan. Siapa yang ga sedih kalo anakku tidak seberuntung itu untuk menikmati ASI. Dari awal emang supply ASI ku dikit banget, in fact.. hanya tetesan aja. Biarpun semua saran lactation consultant udah diikutin, mulai dari tetep pompa 3 jam sekali sampe minum supplement, tapi hasilnya tetep minimal.
Jadi apa boleh buat, anakku harus dikasih susu formula sambil tetap usaha biar ASInya keluar (it’s been more than 2 weeks, and am getting desperate though)
Jangan tanya gimana rasanya ngasih susu formula ke anak yg baru lahir. Rasa bersalah, rasa takut kalo nanti kekebalan tubuhnya berkurang, sampe rasa gagal, semuanya komplit!
Tapi mengutip dari majalah yang aku baca kemarin sedikit menguatkan ku:
“Moms are underpressure nowadays to provide breastfeed for their babies. But on certain circumstances, What is more important for you? The way you feed your baby or the way you provide love and care?”–
.. Selamat kepada ibu2 yang beruntung bisa memberikan ASI ekslusif untuk buah hatinya, mudah2an ga ada lagi label semacam anak sapi dan teman2nya 🙂 ..
wah kutipan majalahnya bagus banget, iya mam banyak jalan menuju yang terbaik 😉
Maaf ikutan nimbrung,terus terang saya jg suka sedih dgn labelling tsbt.
Kbetulan my baby,Aimar,tidak mendapatkan full ASI ekslusif
Maksudnya ekslusifnya hanya 3 bulan itupun bukan lsg melainkan perah dan donor.
Karena Aimar,adalah satu dari sekian bayi yg per 1000 kelahiran yg tdk bisa laching/lach on dgn ibunya.
Walaupun di paksakan dia tdk bisa,sedih sekali rasanya.Menurut DSAnya kbetulan
Dr.endah CR,bilangnya kalau saya hrs ikhlas menerima bayi saya susah lach on ke payudara ibunya sendiri
Anehnya tiap org bahkan saudara dari pihak sayapun ketika lebaran,slalu menyebut kl my baby anak ASI oplos atau anak sapi.
Sakit hati jelaslah blm lg sedih,andai mereka tahu demi bisa memberikan ASI,smua cara di tempuh
Dari masuk akal spt latihan dan konsul privat dgn konselour ASI seminggu 3x,latihan mulut bayi dll sampai yg mustahil yg pake
Pamali-pamali-an deh di lakonin.
So please stop labelling “anak sapi”.
Thanks for this article,itulah yang saya rasakan ketika my baby Aimar di labeli “anak sapi” atau
Anak ASI oplosan.
Sedih jelas,tepatnya sakit hati.
My baby, Aimar adalah salah satu dari 10 per 1000 kelahiran adalah bayi yg
Tdk bisa laching/lach on ke payudara ibu.
DSA aimar, dr.Endah citra resmi,meminta saya utk ikhlas dan bersabar,utk bisa menerima.
Walau kdg judgement itu malah datang dari kerabat,hei hei
Andai mereka tahu kalau bayi ini di usia yg blm genap 10 hari sampai 16 minggu harus kursus
Breastfeeding seminggu 3x utk bs menempelkan mulut dgn konsultan laktasi.
Semua cara ditempuh dari yg masuk akal sampai yg tdk masuk akal demi ASI ekslusif.
So please never judge other people.
Makasih ya mbak Darina yg udh mwnuliskan kegundahan saya dgn labeling ini.
Once again,thanks.
aku baru tau ada kasus bayi tidak bisa lach on ke ibunya.. 😦 Tapi aku pikir byk jalan untuk memberikan yang terbaik mam, yang penting kita udah berusaha semaksimal mungkin sedangkan hasilnya tetap Tuhan yang menentukan. Wah pasien dok endah juga ya.. Zahra juga dsa nya dokter endah.. kita suka visit di RSAB Harapan Kita. Sehat terus ya baby Aimar..
aaah iya, suka heran sama orang2yg suka ngasi label ttg ASI/non ASI
gw pny temen yg usaha sampe 2bln mo ASI, tp yg punya kuasa berkehendak lain mau gmn walopun udh usaha keras?
anakku (14bln) skrg mulai dikasi UHT, dan ada jg yg komen kya anak sapi donk, duh pengen kasi selotip deh mulutnya 😀
selotip bening apa lakban? *dibahas dong* hahahaha..
This is a nice article. Dan aku setujuuuuu banget mbaaaa……….. bagi para ibu yang memberikan susu formula ke anaknya, saya yakin sekali kalau hal tsb dilakukan bukan karena sengaja keinginan ibunya. Tapi lebih karena ada faktor2 lain yang menjadi kendala sehingga para ibu tsb tidak bisa memberikan ASI kepada anaknya. Tidak bisa, bukan TIDAK MAU !! Ibu mana sih yang ga mau memberikan ASI kepada anaknya, yang notabene adalah yang terbaik untuk anaknya…..tapi kalo ternyata setelah berusaha sedemikian kerasnya, namun (misalnya) ASInya tetap tidak keluar atau bahkan hanya keluar sedikit, masa ibu itu akan membiarkan anaknya kelaparan, come on, get reaaalll ! Sebagai manusia, kita hanya bisa berikhtiar namun tetap Allah lah yang menentukan.
+1 milyar
Selamat buat para mommy yang bisa menyusui anaknya bahkan sampe 2th. Anak saya sejak lahir sudah sambung minum sufor dan akhirnya jadi exklusif sufor setelah saya tinggal masuk kerja lagi (cuti melahirkan saya hanya 2 bulan)… sedih.. tapi however, saya tetap berusaha memberi yg terbaik buat anak saya, meskipun dia hanya mengkonsumsi asi selama 2 bln (itupun campur sufor). Tapi apa mau dikata? saya sudah berusaha semampu saya. Dan saya tegaskan, meskipun anak saya mengkonsumsi sufor, anak saya bukanlah ANAK SAPI…
Gak suka istilah anak sapi. titik.
maap males comment banyak, udah cape) 😀
Nice article…
Labelling ‘anak sapi’ ini mungkin awalnya untuk mengingatkan ibu2 agar tetap memberi ASI pas lagi marak2nya pemberian sufor untuk bayi. Pada saat itu emang banyak ibu2 yang ngasi sufor ke anaknya bukan karena ASInya ga keluar atau ga cukup, tapi karena ga tau kalo ASI itu yang terbaik buat bayinya. Dulu juga belum banyak informasi bagaimana meningkatkan produksi ASI, bagaimana memberikan ASI pada kondisi ibu yang bekerja, dst.
Padahal, ketika sekarang akses informasi begitu mudah dan para ibu juga tau kalo ASI adalah yang terbaik untuk bayi, tentunya ibu-ibu mengusahakan semampunya untuk memberi ASI, karena sudah insting ibu untuk memberikan yang terbaik untuk anaknya 🙂 Kalo kondisinya emang mengharuskan bayi minum sufor, ya apa mau dikata.
Orang2 yang memberi label itu kan ga tau apa aja yang udah diusahain sama ibu2 yang terpaksa memberi sufor buat anaknya.
Sejujurnya saya juga tidak terlalu berkenan dengan istilah yang selama ini sering digembor2kan : S1 ASI Ekslusif. Selain terasa berlebih2an juga hal ini akan terasa menyakitkan untuk Ibu-ibu yang karena sesuatu hal tak bisa memberilan ASI Ekslusif. Mari kita menyusui tanpa perlu istilah macam2, karena menyusui merupakan bagian dari perjuangan kita sebagai seorang ibu.
sigh….
kepingin ngamuk kalau ada yang bilang anak dengan sufor adalah anak sapi.
Secara ilmiah menformulasi susu formula itu tidak gampang lho ya, butuh teknologi yang mahal dan bukan asal susu sapi saja. So, bersyukur sekali bahwa ASI adalah makanan bayi terlengkap yang diproses sangat cepat dan hanya ada di dalam proses alami seorang ibu.
ASI penting tapi apakah itu everything???
Kalau menurut saya penting tapi bukan segalanya, ada sentuhan dan kasih sayang dan perhatian dari orang tua yang akan mengiringi tumbuh kembang sang anak. So…jangan pedulikan orang lain men “judge” kita hanya karena sufor, selama kita punya cinta yang besar untuk sang buah hati, YANG MAHA KUASA pasti MAHA MENGETAHUI…its more than enough for our beloved ….
(lha kepanjangan gak ya komentku…..aku pernah nulis juga di
http://onemomentofmimie.blogspot.com/2010/05/asi-setengah.html )
gak apa2 ko panjang2 juga.. hehe.. aku link ya bu..
Jujur kacang ijo…asli…Aku nangis pertama kali baca postingan mbak darina soal ini, lebih lagi ketika ku buka satu satu link yang dah mbak darina add akhir postingan…deg…tampah tumpah..(ampe malu kalo kelihatan rekan kerja mampir ke cubical, dipikir kenapa kok meneteskan airmata, lebay sekali gitu lho)…tapi asli, merasa bersalah dan berdosa tidak bisa memberikan yang terbaik soal ASI untuk Anakku kinan..aku rasa allah menciptakan segala sesuatu tidak sia sia,begitu juga susu sapi yang akhirnya dengan berbagai proses menjadi SUFOR dan UHT,
Saat itu juga, nggak peduli dikejar deadline kerja..aku langsung tuangkan tulisan curhatku…di
http://artyakinanthi.wordpress.com/2010/10/08/i-love-u-anakku-maafkan-mama-dengan-segala-keterbatasan-ini/
Warm Regards
Arti Mamanya kinan (bukan mbak arti yang di *ART balada sebataz mimpi* 🙂
ngerasain bgt di judge sm ibu2 yang bangga akan ASIXnya ketika diriku ngk bisa kasih ASI normal.. sedih bgt loh.. mereka kadang ngk ngerasain apa yg kita rasain, selalu mikir kalau ASI kita tiba2 kering atau jadi sedikit krn kitanya juga yang stress or bla or bla bla..
padahal ibu mana yg ngk sedih, ngk bisa kasih ASI normal ke babynya.. T_T
so, skrg gw bakalan nyambit ibu2 yang komentar soal anak gw yang jadi anak sufor.. yang penting anak sehat.. mau maksain ASI yang cm sedikit kalau anak gw dehidrasi juga, emang mrk mau peduli?? (sewot mode on)
hehe jadi curhat gini, but thank you ya itican, kasih support disaat aku info aku ngk bisa ASIX..
hai Darina, ijin setor link ya..
http://thepradonos.com/?p=3226
Baru aja nulis karena kehebohan di timeline twitter kmrn :))
Okey.. aku link ya bu..
Very rapidly this website will be famous amid all blogging
viewers, due to it’s nice content