Baru 2 minggu yang lalu Zahra ke dokter karena tiba2 menggigil trus demam 39 derajat. Dalam sehari alhamdulillah langsung sembuh karena udah diminumin obat. Tapi ternyata harus balik lagi ke RSAB Harkit utk periksa.
Biasanya kalau demam dikasih tempra atau Proris aja udah mereda, tapi ini udah hari ke-5 demam nya on off. Awalnya aku ga begitu khawatir karena anaknya tetep aktif dan nafsu makannya juga bagus. Jadi pas hari ke-3 yang jatuh hari Sabtu itu aku ga jadi bawa ke dokter karena kliatannya udah sehat. Eh taunya masih demam lagi malemnya. Hari minggu stlh sms Dok @endahcitraresmi bilang kalo lebih baik tunggu Senin aja, karena Minggu paling ke UGD, tapi tentu saja kalo ada apa2 aku bakal langsung lari ke UGD.

Akhirnya ke Harkit hari Senin. karena dok endah lagi keluar kota aku jadi ketemu sama Dok Jo Edy. karena demam udah lebih dari 5 hari jadi disuruh tes darah dan tes urine. dikasih antibiotik, setelah 6x minum baru demamnya mulai reda. Tes darahnya bagus, Tes urine juga bagus, gak ada infeksi. Tapi ko masih aja demam? Aku lari lagi ke Harkit. Kali ini ketemu ama dok Engki, yang dulu aku juga sempet ke beliau dan sreg ama beliau. Sampe akhirnya disuruh rontgen. Yaudah kita rontgen aja..

Hasil rontgen nya aku ambil besoknya pulang kantor. sendirian naik busway.. aku pikir pasti hasilnya baik2 aja karena Zahra udah ga demam, batuknya yang berat juga udah mulai ga kedengeran. Tapi ternyata kt Dok.Engki hasil rontgennya ini lebih baik dilanjutkan untuk tes mantoux, tes untuk indikasi penyakit TB. Dok Engki baik banget untuk konsul hasil rontgen kali ini aku dibilang ga usah bayar. Aku langsung bilang terima kasih dan masih bisa senyum, tapi keluar dari ruang periksa aku nangis sejadi-jadinya di Harkit, sendirian, lebay sih kalo inget2.. abis aku pikir kalo TB tu serem banget, trus minum obat 6 bln non stop, rasanya udah horor banget 😦
Apaan sih TB?
Tuberculosis – yang disingkat TBC atau TB – adalah penyakit menular yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis. Umumnya TB menyerang paru-paru, sehingga disebut dengan Pulmonary TB. Tetapi kuman TB juga bisa menyebar ke bagian/organ lain dalam tubuh.
sumber : disini
Akhirnya googling sana sini dapetlah nama Prof Bambang Supriyatno, spesialis paru anak yang sering kasih seminar soal TB pada anak. Cek cek tyt praktek di hermina jatinegara. Langsung daftar dan bawa hasil tes darah dan rontgen ke beliau, saat itu kondisi Zahra udah membaik, tapi antibiotiknya masih belum habis.
Sampe sana beliau orang nya ramah bgt, Tes darah hasilnya katanya bagus, ga ada infeksi. Rontgen juga cuma flek dikit, klo kaya gitu pake antibiotik aja harusnya bisa hilang. trus disuruh tes mantoux. Aku bilang skrg Zahra masih minum obat, dokter seblmnya bilang kalo tes mantoux sebaiknya lagi ga minum obat apa2. Tp Prof Bambang bilang tes mantoux ga ada pengaruh sama obat, yaudah deh langsung suntik tes mantoux, Zahra jejeritan kesakitan, kasian anakku :___(((
Apaan sih tes mantoux?
Uji ini dilakukan dengan cara menyuntikkan sejumlah kecil (0,1 ml) kuman TBC, yang telah dimatikan dan dimurnikan, ke dalam lapisan atas (lapisan dermis) kulit pada lengan bawah. Lalu, 48 sampai 72 jam kemudian, tenaga medis harus melihat hasilnya untuk diukur. Yang diukur adalah indurasi (tonjolan keras tapi tidak sakit) yang terbentuk, bukan warna kemerahannya (erythema). Ukuran dinyatakan dalam milimeter, bukan centimeter
Secara umum, hasil tes Mantoux ini dinyatakan positif bila diameter indurasi berukuran sama dengan atau lebih dari 10 mm. Namun, untuk bayi dan anak sampai usia 2 tahun yang tanpa faktor resiko TB, dikatakan positif bila indurasinya berdiameter 15 mm atau lebih. Hal ini dikarenakan pengaruh vaksin BCG yang diperolehnya ketika baru lahir, masih kuat. Pengecualian lainnya adalah, untuk anak dengan gizi buruk atau anak dengan HIV, sudah dianggap positif bila diameter indurasinya 5 mm atau lebih.
Trus kalo tes mantoux nya positif, udah pasti sakit TB? nggak juga.. untuk mendeteksi TB pada anak ternyata ngga semudah itu. Harus diperkuat lagi dgn Foto rontgen.
Pada orang dewasa, kuman TBC membangun sarangnya pada paru-paru bagian atas, sehingga pada gambar rontgennya akan terlihat adanya infiltrat pada daerah tersebut. Sedangkan pada anak-anak, kuman TB membangun sarang di kelenjar getah bening yang lokasinya berdekatan dengan jantung. Jika hanya difoto dari depan akan sulit melihat adanya infiltrat, karena terutup oleh bayangan jantung. Oleh karena itu, untuk memperkuat diagnosis, foto rontgen juga harus dilakukan dari arah samping.
Dengan begitu, gambaran paru-paru tidak ’diganggu’ oleh bayangan jantung. Tetapi, lagi-lagi keberadaan infiltrat bukan mutlak menunjukkan anak mengidap TBC. Anak yang sedang batuk dengan dahak yang banyak, meski tidak mengidap TB bila difoto rontgen dadanya, bisa memberikan gambaran infiltrat. Oleh karenanya, foto rontgen harus dilakukan pada saat anak dalam kondisi terbaik. Paling baik memang setelah anak sembuh dari batuknya. Bila tidak memungkinkan, pilih waktu ketika batuknya minimal. Sekali lagi, foto rontgen saja tidak dapat digunakan sebagai alat untuk mendiagnosis TBC.
Trus juga dengan tes darah.
Biasanya, parameter yang diuji pada pemeriksaan darah adalah LED (laju endap darah) dan kadar limfosit. Tetapi keduanya ini nilai diagnostiknya bahkan lebih rendah daripada foto rontgen, sehingga hanya dapat digunakan sebagai data pendukung. Nilai LED dan limfosit yang tinggi (di atas kadar normal) hanya menunjukkan terjadinya infeksi di dalam tubuh. Akan tetapi, semua jenis infeksi juga dapat meningkatkan nilai LED dan limfosit dalam darah.
Rumit ya? bahkan diagnosa TB pada anak yang paling logis, menurut kelompok kerja TBC anak (IDAI, DEPKES & WHO 2004), adalah dengan sistem skoring. Orang tua bisa melakukan sendiri kok dalam menghitung skornya, ada 8 parameter sebagai berikut :
- Kontak dengan penderita TB (tidak jelas = 0 poin, hanya laporan keluarga atau kontak dengan penderita yg sudah berobat = 1 poin, kontak dengan penderita TB aktif = 3 poin)
- Uji Tuberkolin/ Tes Mantoux (negatif = 0 poin, positif = 3)
- Berat badan anak berdasarkan KMS (dibawah garis merah atau riwayat BB turun atau tidak naik 2 bln berturut-turut = 1 poin, secara klinis gizi buruk = 2 poin)
- Demam tanpa sebab jelas (tidak ada = 0 poin, lebih dari 2 minggu = 1 poin)
- Batuk berkepanjangan ( 3 minggu = 1 poin)
- Pembesaran kelenjar di sekitar leher (ukuran lebih dari 1 cm, jumlah lebih dari 1 buah, tidak nyeri saat di tekan = 1 poin)
- Pembengkakan tulang/sendi panggul, lutut (bila ada pembengkakan = 1 poin)
- Foto rontgen (normal = 0 poin, suspect/curiga = 1 poin)
Anak dikatakan positif TB bila skor dari ke-8 parameter di atas adalah MINIMAL 6 POIN.
(sumber : disini)
Dengan berbekal ilmu kedokteran google aku udah rada tenang sih stlh lebih tau ttg penyakit ini. Stlh tes mantoux ini Prof Bambang nyuruh balik lagi setelah 3 hari.
PB : “kembali lagi stlh 3 hari ya, anaknya ga dibawa juga gak apa2”
Me : “Oh gt ya dok”
PB : “Iya, asal tangannya dibawa”
Yaaa gemanaaa itu yaaa prooof…. *gubrag* –> klo adegan komik ini kaki gue udah diatas, kepala dibawah.
Selama 3 hari itu aku bolak balik cek tangannya Zahra, pas tidur tapi, klo bangun mah dia bisa marah2. Trus aku foto2in perkembangannya, abis itu aku ukur pake penggaris tiap hari *posesip abis* aku menyebutnya BENJOLAN PEMBAWA DERITA *backsound horor*

Hasilnya… benjolannya 11 mm. Yang mana untuk balita dibawah 15 mm itu masih normal karena masih terpengaruh vaksin BCG. akan TETAPI.. klo cuma BCG aja kata PB akan hilang bekasnya dalam 2 minggu, at least mengecil sampe 1-2 mm saja. Tapi Zahra diliat2 2 minggu ko malah menghitam. Aku udah pasrah aja 😦
Dan diagnosanya Zahra TB Infected, atau disebut juga TB laten. Apa bedanya sama TB aktif?
Sesungguhnya, yang dimaksud dengan TB laten adalah orang yang terinfeksi bakteri TB tetapi tidak menjadi sakit TB (mengidap TB aktif). Dengan kata lain TB laten adalah infeksi TB. Dikatakan laten karena kuman TB tidak aktif tetapi juga tidak mati, melainkan tidur lama (dorman). TB pada kondisi ini tidak menular.
Karenanya, apabila anak positif terinfeksi TB, walaupun tidak berkembang menjadi sakit TB, tetap perlu diberi pengobatan pencegahan (profilaksis). Jumlah bakteri TB dalam infeksi TB lebih sedikit dari TB aktif, sehingga penanganannya pun lebih mudah, cukup dengan satu jenis obat saja, yaitu INH (isoniazid).
Sedangkan kalau TB aktif :
Kombinasi obat anti TBC (OAT) untuk anak adalah Isoniasid (INH), Rifampisin, dan Pirazinamid. Ketiga obat tersebut diberikan selama 2 bulan pertama, lalu setelah itu, yaitu mulai bukan ketiga sampai keenam (4 bulan berikutnya) hanya diberikan kombinasi INH dan Rifampisin.
Aku harus benar-benar memastikan kalo memang TB aktif dan dikasih obat OAT. Kenapa?
Ketiga obat anti TBC tersebut sebenarnya bersifat racun bagi hati, apalagi karena harus dikonsumsi dalam jangka panjang. Oleh karena, setelah selesai masa pengobatan, biasanya dokter memeriksa fungsi kerja hati (SGOT/SGPT). Isoniazid atau INH juga dapat menimbulkan reaksi negatif berupa kesemutan, nyeri otot, bahkan gangguan kesadaran. Untuk mengurangi efek tersebut, diberikan suplemen vitamin B6 (piridoxin) selama masa pengobatan.
Jadi rencananya kalo pun TB aktif aku pgn minta 2nd opinion ke DSA lain, rencana kalo ga dokternya Athia Dr. Rinawati yang disebut2 salah satu DSA terbaik di Jakarta, atau Dr. Purnamawati pendiri milis sehat. Cuma setelah 3x ketemu PB aku yakin kalau memang beliau itu ahli di bidangnya (ya judulnya aja Professor spesialis Paru Anak yak :D). Beliau sering kasih seminar tentang TB pada anak, dan untuk diagnosa juga ngga maen diagnosa begitu saja, abis tes mantoux juga disuruh nunggu 2 minggu lagi liat bekasnya. Dengan proses seteliti itu aku yakin udah ‘lari’ ke dokter yang paling tepat. Dan lagi alhamdulillahnya Zahra hanya TB Infected jadi obatnya pun jauh lebih ringan.
Aku sempet nanya ama Prof Bam :
Me : Ada pantangan ga prof?
PB : Ada. pantangan adalah tidak minum obat. Jd harus diminum tiap hari
Me : Oh oke. Kalo travelling boleh ga ya dok?
PB : Oooh gak boleh!
Me : ooh gitu ya..
PB : Gak boleh kalo duduk di sayapnya. Kalo didalem pesawat sih boleh
*Gubragg* Hadeeehhh.. kenapa aku selalu terjebak guyonannya, pdhl aku kan tukang ngerjain orang juga -__________-‘
Tapi nih, setelah 2 minggu sehat2 aja, eh kmrn demam tinggi lagi. Aku telp PB katanya cuti akhir tahun, iya sih, beliau memang bilang ada rencana cuti, jadi kayanya Sabtu ini aku mau ke YPK ketemu dr. Rinawati. Mudah2an semuanya lancar, kalau memang ini cobaan pasti ini yang terbaik. Amin.
ternyata berlanjut ya 😦
semoga Zahra kooperatif minum obatnya, trs selesai pengobatannya, sembuh dan sehat, Amin,
TB ini apa nama “kerennya” di Jowo “flek” ? sama g y ?
“tapi keluar dari ruang periksa aku nangis sejadi-jadinya di Harkit, sendirian, lebay sih kalo inget2..” –>Gak lebay, say…wajar kok…aku juga sering kalo lagi galau gitu air mata ga ke-kontrol jatuh pas pulang kantor di commuter line.
Btw thx bgt posting disini, sejak baca postinganmu yg kemaren, aku jadi perhatiin batuknya Hanif…semoga gpp.
Get well soon, Zahra…
Ya allah mbak, lama nggak mampir dimari, tadi ada notifikasi langsung check kaget, Sabar yah mbak, saya juga pernah ada ponakan “infected” saat usianya 2 tahunan kurang *tapi saya kurang jelas apa diagonasa pastinya apa latent apa aktif atau pasif, yang saya dengar paru parunya kena dan positif TB, dengan pengobatan rutin alhamdulilah sembuh anaknya sekarang dah kelas 5 dan nggak pernah kambuh lagi, aktif ceria dan pintar…sejak kelas 4 an sama mamanya rajin diberikan Propolis, maksudnya untuk daya tahan tubuhnya dan juga mencegah amandelnya kambuh…*anaknya ada amandel juga kebetulan…sampai kelas 5 ini alhamdulilah gak pernah kambuh amandelnya…padahal dah divonis untuk operasi yang amandelnya ini…semoga aja emang nggak perlu operasi * maaf mungkin nggak nyambung yang soal propolis ini, tapi mungkin juga propolis bisa juga untuk pengobatan TB….*maaf mbak darina bukan bermaksud promosi saya nggak jualan, cuman sharing soal manfaat propolis..saya nggak tega kalo lihat anak sakit, kinan dari 5 bulanan yang lalu rajin saya kasih propolis satu tetes tiap hari..semoga bisa membantu daya tahan tubuhnya…
Semoga kakak Zahra segera sehat yah mbak, yang sabar…semua ada hikmahnya, Allah tidak akan menurunkan cobaan yang berat kepada umatnya, yang mana tidak mungkin tidak ada jalan keluarnya, Big hug buat kak Zahra dan Mama-nya
Mbak iti, yang sabar yaaa.
Kalo liat anak sakit, pasti rasanya hati hancur. Tapi aku juga selalu yakin, Allah g akan ngasih cobaan melebihi kemampuan hamba-Nya. Semangat ya usaha buat nyembuhan Zahranya, pasti Allah lihat dan insya Allah pasti dikasih yang terbaik 🙂
Cepet sehat ya zahra cantik. Biar mama nya juga bisa senyum lagi 😀
sabar y mom.,anakku jg terinfeksi tb waktu usia nya 6 bulan sedih rasanya tp mau gmn lg harus di hadapi ujian ini,anakku hrs minum obat rutin +/- 1 thn,alhmdllh sekarang sudah sembuh kini usia anakku 2.5 thn,,waktu itu jg gejala ny sama panas ga turun2 sudah beberapa hari sampai anakku d rawat inap,lalu dokter menyarankan untuk di rontgen dan uji mantoux dan ternyata hasilnya positif tb 😦
*hugs iti* kita dari sini doa-in zahra yaa..smg lekas sehat 🙂
Get well so on ya zahra, mama zahra yang kuat ya, terutama tetap rajin nulis 🙂
aku selalu update tulisan tulisanmu lho
Ikut berdoa semoga Zahra cepat sembuh mom… 😦
Kenapa ya TB marak lagi akhir2 ini… apa karena akhir2 ini banyak gerakan anti-imunisasi ya? Kalo ada satu anak aja yang ga imunisasi dan tertular, kan jadi menulari anak-anak lain di lingkungannya… 😦 kalo udah begini masalah imunisasi bukan urusan pribadi lagi, tapi harusnya bisa kena hukum pidana karna akibatnya bisa merugikan dan bahkan membunuh orang lain… 😦
*hugs* >:D< .everything will be ok mak dar…..zahra pasti sembuh #PelukEraatt . 5 tahun yang lalu gw menderita tb aktif dan sekerang sudah sembuh total, ga seserem yg di bayangkan koq 🙂 ciayoo makk…semangat ya
Sabar ya mba…Pasti ada hikmah terbaik dari ujian ini…Semoga ZK kembali sehat dan setelahnya menjadi sehat selalu…amiin ya robbal ‘alamiin…
Ya Allah.. serem juga ya TB ini..
iti yang sabar yaaa.. semoga ZK cepet sembuh dan ngga kambuh lagi..
hus pergi jauh-jauh ya virus dan bakterinya..
btw thanks for sharing ya mom.. bener-bener nambah pengetahuan buat saya nih..
Ayo Zahra.. kamu bisa lawan ya nak penyakitnya … mama Zahwa juga yg kuat ya
amin.. makasih ya tante..
Tiiii, kebayang deh rasanya sendu kalo anak sakit. Rasanya bisa kali nangis berember-ember *jauh mengalahkan nangis patah hati*. Ujian Tuhan emang cuman bisa kita lewatin dengan sabar dan ikhtiar. Mudah-mudahan senantiasa dikasih unjuk ikhtiar yang terbaik apa buwat Zahra.
Ikhlaskan ya ti. Inilah dunia orang tua 🙂 *hugs dari orang yang sok ikrib slalu*
iya memang, mdh2an ikhlas ya.. sama2 ya mak.. thk u
Itiiii, sing sabar ya..*peluk2*
semoga Zahra cepet sehat lagi..
iya amin makasih ya mak
Mam, ikut mendoakan Zahra segera sehat. Amin.
baru sempet blogwalking lagi… sabar ya mba, insya Allah segera berlalu.. ZK lekas sembuh ya, nak…
makasih zie.. oiya aku ijin link ke blog nya ttg imun itu ya. thk u
itiii, pas lagi baca2 blog, apa ya istilahnya, blogwalking ya, eh nemu tulisan iti tentang Zahra yg TB infected :(, sedih ya. nah ternyata ini anakku juga kena dan sampe hari ini masih dalam pengobatan. Sedih banget, soalnya kendalanya di susah naik BBnya, mana anaknya juga aktif. Tapi sekarang gimana kabar ZK? dah berhasil melaluinyakah?semoga ya. haduh ini masih susah aja naekin BB-nya anakku, mana ditambah kmaren sakit demam 1 minggu, kata DSAnya sih kena HMFD (flu s’pore), ditambah lagi tiba2 keluar ruam merah2 gak jelas, mencurigakan kayak campak :(, tapi kata DSA second opinion , dia kulitnya alergi telon, talk dkk, harus berhenti dikasih telon dkk selama 4 hari. sedihnyaaaa…. kalo anak sakit. Alhamdulillah udah membaik, tapi kmaren sempet stop obat TB selama 3 hari…. *bingung*.
jadi curhat. TFS ya dan terus posting yang oke2…..bagus2 tulisan iti :).
alhamdulillah skrg udah sehat, karena cuma TB infected jadi obat 1 macem aja yaitu INH. ga terlalu keras obatnya, sbnrnya sejak selesai demam 9 hari itu udah sehat2 aja siy.. cuma pgn total aja nyembuhinnya. GWS ya anaknya..
makasi tante…syukur alhamdulillah ya zahra dah sembuh. dl andra obat dari INH 4 bln, sampe yang akhirnya obat TB ….masih nambah pula 3 bulan. mpe habis badannya dia. alhamdulillah ni sekarang udah mulai lebih berisi badannya.
Salam, mmm kalau boleh tau biaya berobatnya berapa ya di hermina dan brp biaya tes mantouxnya?
dokter sekitar 300rb kalau tes mantoux saya agak lupa..
anak sy kena TB juga… mohon sharing pengalamannya di hermina… saat ini saya masih make herbal2 dulu…sembari liat perkembangan keampuhannya…pertanyaan saya tolong di jawab ya..
pertanyaan yang mana jeng? hehe.. soal pengalaman sudah saya tulis di post ini 🙂
itu jeng, 300 ribu itu konsul dokter aja yah, kalau obatnya berapa? trus setiap bulan kira2 habisin berapa duit buat beli obat, kan lama pengobatannya 6-9 bulan…n ada pake ngambil darah (uji lab) si kecil Zahra dulu ga sebelum di kasih obat ama dokternya? apa proses pra-pengobatannya, kayak orang dewasa
1. mantoux
2. ronsen
3. ambil darah dan urin (cek lab)?
iya 300rb dokter aja
obatnya murah banget 18rb apa yah untuk sebulan soalnya INH aja
ambil darah, rontgen dll udah aku ceritain diatas ya.. harganya aku lupa semua soalnya dibayarin kantor, mgkn bisa telp ke RS nya..
OK. ama ini jeng, terakhir apa sisa mantoux di kulit Zahra itu berbekas atau bisa hilang?
nggg hilang sih cuma agak lama sekitar 3-4 bulan kali ya
Salam kenal jeng…makasih ya tulisannya, tito-ku hari sabtu kmrn di test mantoux (udah rontgen juga, ada “awan” diparu2nya) trus senin dicek sama DSA-nya trus positif tp diasih obatnya cuma buat 3 minggu dulu. Benjolan bekas mantouxnya jg ga gede2 bgt dan ga nonjol bgt trus sekarang jg dah samar-samar. Btw DSA-nya Zahra baik bgt ya…pengennya kesana juga tp kami tinggal di Bogor jd pake DSA-nya Tito dari lahir, DSA-nya jutek bgt jd kita udah dibuat ilfill duluan. Klo bukan karena sayang anak males deh aku…ukey deh makasih lgi :). Salam sayang buat Zahra
owalah.. emang kalo anak2 sakit itu berada keiris banget ya hati 😦 GWS ya tito..
assalamualaikum mba ..
mba, zahra gimana skg keadannya ??
mudah2an sudah sehat yaa ..
sekedar sharing ya mba, aya sekarang usia udah mau 21 th, saya juga dulu pernah sakit paru2 dan berobat waktu kelas 5 SD, tapi karena masih anak2, setiap jenuh minum obat, selalu saya buang ke toilet, alhasil saya harus mengulang berobatnya jadi semua total 1,5 tahun. setelah paru2 saya sembuh, timbullah kelenjar di leher, kata dokter sih itu kelanjutan paru2, istilahnya semua sisa kuman dan bakteri dari obat yg dikonsumsi itu mengendap di kelenjar. karena zaman dulu belum ada propolis, saya rutin minum jus lidah buaya tapi dicampur sama nutrisari, kalo nggak dicampur rasanya sepet banget, bau tanah.
sekarang udah 10 tahun, ternyata saya tumbuh kelenjar lagi, tapi bedanya yg sekarang sakit. udah coba pake propolis tapi nggak ada reaksi, waktu test darah kata dokter badan saya udah nggak kuat dengan antibiotik, ya mungkin karena dari kecil saya sudah sakit2an dan terus minum obat, makanya skg jadi melemah kondisi kekebalan tubuhnya. terus saya disarankan untuk test mantoux dan besok hasilnya baru bisa dibaca, test ini juga untuk mengetahui apa kelenjar ini memang dari paru2 atau dari bakteri lain katanya.
sekian aja sharing nya ya mba, semoga zahra nggak sampai masuk ke step kelenjar, dicoba aja rutin minum jus lidah buaya ya mba, bagus buat semuanya kok, bukan cuma pengobatan herbal aja.
sekian mba .. makasih
Wa’alaikumsalam..
Alhamdulillah jeng Zahra sehat.. skrg udah jarang banget sakit. Wah sedih baca ceritanya.. terima kasih udah sharing ya, jadi saya jg lebih berhati2 lagi utk kasih obat2an ke Zahra. Semoga hasil test nya bagus ya.. atau apapun yang terbaik, mudah2an dikasih kekuatan ama Allah untuk melewati cobaan ini. Terima kasih sekali lagi atas sharingnya 🙂
halo sist darina…salam kenal :), info nya bmanfaat bangt nih, thanks lotzzz buat sharing…sehat2 terus sekeluarga yaa sist 😉
Halloo salam kenal Mbak Darina, mamanya Zahra…
Blog nya bermanfaat banget. Tks untuk sharingnya..
Saya mau cerita dan konsultasi barangkali dari mbak danira ada masukan.
Baby Luna…
Sejak usia anak saya (Luna namanya) 1,5 bulan saya harus kembali bekerja. Dan saya pakai jasa baby sitter (Teteh panggilannya). Memang kondisi awal sejak teteh ngerawat Luna, suka batuk batuk kecil dan tidak berkepanjangan dan badan nya kurus, sering banget meriang. Tp menurut saya itu hal wajar karena usia teteh yg sudah tua. Sampai akhirnya Luna usia 5-6 bulan, batuknya teteh mulai parah dan lemes sehingga harus tiduran di kamarnya. Saat itu dia baru cerita kalo punya bronchitis dan pernah diharuskan menjalani pengobatan 6bln. Tapi teteh cuma ngejalanin pengobatannya 3bln, itu karena dia merasa sudah sembuh. Saat itu juga eyangnya Luna (berprofesi sebagai dokter penyakit dalam) langsung tanggap kalo itu TBC. Teteh disuruh istirahat dulu, pulang ke kampungnya. Sebelumnya teteh sudah menjalani rontgen, diketerangan sudah tertulis kalau teteh TB Aktif. Sekarang kondisi Luna yang sudah usia 7bulan, alhamdulillah baik baik saja.
Tapi eyangnya Luna pengen ngejalanin tes mantoux buat Luna (buat memastikan tidak tertular TBC). Menurut mbak Darina, apakah perlu tes mantoux mengingat kondisi Luna yang baik baik saja dan tidak demam, bahkan masih aktif. DSA Luna selama ini di KMC, apakah cukup konsultasi di DSA KMC saja atau perlu ke DSA Mbak Darina ya, sebelum ke Prof Bambang? Atau lebih baik ke Prof Bambang langsung saja ya?
Terima kasih sebelumnya
sheraz anakku usia 10 bln. baru tadi siang sheraz di fonis tb sama DA nya.tes mantoux’a 12mm,kata dokter’a ini udh positif TB. padahal awal’a periksa k DA buat nanyain kenapa bb anakku ga naik2.trus DA nya nyaranin ronsen,tp berhubung dari hasil ronsen paru2nya ga keliatan krna kehalangin jantung,jadi disaranin tes mantoux,dan hasilnya begitulah,mengejutkan.dokternya langsung nanya di rumah ada yg TB ga. aku jadi inget ayahnya yg pernah sakit 2bln ampe di rawat gara2 batuk n demam tinggi.cuma kata dr paru suamiku,itu bukan TB n dah sembuh.haduuuh…jadi bingung deh. di kasih resep sma DA ada 3 macem obat.tp setelah baca tulisan di atas aku jadi mikir lg untuk minta 2nd opinion dari DA yg laen buat mastiin. n biar ga terlanjur ngasih obat dosis tinggi juga bwt anakku.
Hai mba,baru baca postingan ttg baby sitter yg kena bronchitis.kebetulan nama baby sotter anakku juga nana. Just wonder is it the same nana yaa?soalnya mba nana bs anakku juga batuk terus. Skrg anakku (8mo) jd sering batuk sampai nafasnya bunyi 😦 kayaknya emng musti dibikin regulasi pengasuh anak itu ada tes kesehatannya yaa..minimal penyakit2 menular.
Hallo.salam kenal mba darina
Caca rabu lalu d bwa ke dsa,soaly ad benjolan d leher y,caca ga pernah batuk lama,demam jg ga smpe brmgu2,tp berat badan y kurg,nafsu makan jg,2 tahun setengah berat y cuma 10,5..kita dah ganti2 dokter,ad sekitar 5 dokter anak,nanya tentang bb y caca yg cuma 10 kg,tp dokter cuma ksh vit,tp .ga ngaruh,nah baru ke dr dudi,dan krna ad benjolan,d saranin rontgen dan tes mountox,jumat lalu caca rontgen dan tes,kasian nangis2,sedih deh liaty,senin baru bsa liat hasil y,klo liat dr poto zahra yg 1 jam smpe 1 hari,caca ga ad benjolan dan ga merah,cuma titik kecil bkas suntik,mudh2an caca ga knp2,
Btw mksh blog y,jd saya sama suami ga bloon2 bgt pas d dokter,krna sblom ke dokter udh baca postingan y mba darina dlu,
Klo nangis krnna anak sakit wajar deh kya y,bukan lebay,saya jg gtu,klo bsa sakity d tuker aja,kita yg sakit…
Hii.mb windia.slm kenal.mau shring tentng ankku jg 2.5 thn bb cm 10 kg.ad no contact yg bs d hub ga?
terus hasilx gmna bunda? adk sy jg begitu, tes mentoux tadi pagi, smpai slrg sy cek bekasx cuma ada bekas suntikan, blm ada benjolan, ya allah semoga gk knpa2 ya bunda ;(
hi mb.. sedih baca postinganx, krna baru td pagi sy jg mngalami hal yg sama, adk sy klas 5 SD batuk terus, trus td sama dokter rmh sakitx di anjurin tes mentoux rontgen sama tes darah, hari sabtu di baca hasilnya, semoga gk knpa2 ya bunda ;( dr pagi gk ada semangat aktifitas ay mikirin adek sy ;(
halo mba. saya anastasia. makasih blognya. sangat bermanfaat. smalaman saya ga tdr krna ketauan ibu saya kena TB (karena beliau kena diabet sdh 10 tahun dan ternyata pasiem diabet itu rentan bgt kena TB). gejalanya sdh 1 bln batuk kering ga smbuh2. sdh bbrpa dokter tp dksh obat itu2 saja tdk ada perubahan. yg saya khawatirkan krna anak dan keponakan smua dtitip ke neneknya kalau kami bekerja (meski kami siapkan pembantu). tp rasanya sulit bagi saya untuk mnghadapinya. ga mgkn neneknya d jauhkan dr anak2. anak saya umur 3,5 taun BB nya hanya 14 kg. sdh konsul dsa sana sini hnya blg gpp, makan d perbaiki (makan kadang susah kadang gampang). ga pernah demam jg. dan anaknya aktif sekali. saya skrg jd bngung, krna mnurut artikel kalau 1 kena, semua kluarga harus cek TB. apakah memang harus bgtu ya mba? saya rasanya stress sekali. sedih krna mama saya sakit, tp d sisi lain khawatir dgn anak2.