baby's corner · parenting

The First Seven Years

AKHIRNYA sampai juga di umur 7 tahun. Kenapa segitu spesial? Kalau yang ikut seminar Ibu Elly Risman pasti udah menantikan saat ini karena dari dulu di doktrin bahwa wiring syaraf otak anak dibawah umur 7 tahun itu belum tersambung sempurna. Jadi penting untuk kita nggak menghantam otak anak dengan dengan kognitif seperti calistung (baca tulis hitung) di bawah umur 7 tahun, karena perkembangan “seat of love” nya nanti tidak optimal.

Mengutip dari blog Indah disini, itulah kenapa pemerintah menetapkan usia masuk SD adalah 7 tahun. Karena pada usia segitu anak sudah siap menerima logika kognitif di SD. Sementara anak belum siap menerima logika kognitif, inilah saatnya kita mempertebal sistem limbik nya terlebih dahulu, yaitu dengan mengajarkan dan menamakan emosi pada anak.

Jika kita melewatkan rangsangan untuk sistem limbik anak dan langsung bablas memperkuat rangsangan logika kognitif anak, anak kita mungkin akan tumbuh jadi menjadi pintar. Tapi di tahap kedua dalam perkembangan anak, yaitu usia 7 – 14 tahun orang tua siap-siap anak menuai anak yang tidak bisa berempati, egois, berontak dan susah bersosialiasi. Padahal tujuan kita mengasuh anak bukan hanya menjadikannya ahli dalam hal akademis.

Kenyataannya? Anak SD sekarang dituntut udah bisa baca, berarti otomatis sebelum masuk SD anak harus udah bisa baca dong. Yah masalah sekolah ini emang sampe sekarang masih jadi never ending galau buat aku, but hey… kita jalanin dulu aja apa yang ada. *kasian ya anak pertama jadi kelinci percobaan terus 😀

Satu lagi masalah orang tua muda macem kita ini adalah : Nggak sabaran.

Berapa kali aku ngerasa gagal jadi orang tua karena hal itu. Nggak sabar.

Mengapa kita dan anak gampang sekali emosional dan tidak sabar? Sebenernya hal ini wajar, manusia kan punya kebutuhan fisik, emosi dan berpikir. Kalau makan enak, tidur cukup dan hati senang, maka banyak space untuk berpikir. Tapi saat lelah dan lapar, kebutuhan fisik dan emosinya meningkat, jadi gak bisa mikir, akhirnya marah, kesel, dll.

Sering kali aku ngerasa sia-sia udah ikutan berapa seminar, udah baca berapa artikel, yang pada akhirnya gagal total karena nggak sabar. Eh kemarin waktu buka Facebook aku diingetin lagi sama satu notes broadcast yang bagus banget untuk mengingatkan kita waktu kita ngerasa nggak sabar. Aku copy paste disini buat reminder aku juga :

————————————————————————————————

Catatan singkat dari seminar Ibu Elly Risman. Sabtu, 6 April 2013. Penyelenggara: Kelompok Peduli Anak

Anak adalah kenikmatan, tantangan dan MUSUH (terutama saat remaja nanti dan orang tua juga berada dalam fase middle sense)

Mendidiknya perlu perjuangan, membutuhkan pemikiran,perasaan, jiwa, tenaga, waktu dan biaya.

QS 5:48, QS 6:165. Allah akan menguji kamu untuk karunia yang diberikanNya

QS 64:14 isteri-isterimu (pasanganmu) dan anak-anakmu ada yang menjadi MUSUH, maka MAAFKANLAH, TIDAK MARAH dan AMPUNI

Penting menerapkan 3 hal tadi MAAFKAN, TIDAK MARAH, AMPUNI kepada anak di bawah 7 tahun, karena wiring otak belum bersambung semua, jd kata2 kita tidak ditangkap semua oleh anak. Sebenernya PERCUMA MARAH DAN TERIAK pada anak di bawah usia 7 tahun.

Perkembangan otak baru sempurna pada usia 7 tahun dimana sinaps otak sudah saling terkoneksi, barulah pada usia ini mereka bisa berpikir logis. Itulah kenapa kalau anak tidak sholat usia 7 tahun baru dipukul, itupun sebaiknya pukul tapak kakinya karena di telapak kaki itu titik akupuntur semua,baik untuk dia. JANGAN PUKUL WAJAH/KEPALAnya, ada otak disitu!!

Perlakukan wajah dan kepalanya dengan baik, kalau perluketuk-ketuk di atas alis matanya sesuai dengan apa yang kita inginkan diamenjadi kelak, karena itu akan masuk ke alam bawah sadarnya dan pada usia 25tahun akan matang dan sadar (bisa lebih cepat sejak 18 tahun juga).

NAH, kalau anak kita sekarang baru berusia 5 tahun artinya masih ada spare 15-20 tahunkita harus berkutat dengan anak dan banyak berlapang dada.

————————————————————————————————

Aku gak tau yang sudah aku lakukan ini benar atau nggak, satu yang pasti semua aku lakukan untuk ngasih yang terbaik, berharap memang aku udah berusaha semaksimal mungkin untuk ngasih yang terbaik.

Saat ini Zahra Kamila, 7 tahun, belum lancar baca karena baru diajarin pas masuk kelas 1 SD, usianya waktu itu masih 6 tahun lebih sedikit. Agak terbesit penyesalan mungkin aku terlalu cepet masukin SD tapi Alhamdulillah Zahra bisa keep up, walau mungkin agak terlambat dibanding teman-temannya.

ZK kadang-kadang masih suka kebalik huruf b dan d, tapi dia sering bikin buku sendiri dimana ada gambar dan cerita yang dia karang sendiri walau masih suka salah ejaan dan huruf tapi dia berhasil menyelesaikan “buku”-nya sebanyak 4 halaman A5. Tanpa disuruh. Tanpa dikasih ide.

Dia sering kali curhat “Aku kesel deh ma.. blablabla..”, “Mama aku sedih banget tadi blablabla..”, “Tadi aku agak marah..”, “aku seneng banget sama…”, “Aku suka banget…”, “Mama kok gitu sih aku kan jadi sedih!”, dan lain-lain..

Yah setidaknya yang Mama tau, Mama berhasil mengajarkan Zahra untuk mengekspresikan emosinya saat itu, dan membuatnya cerita. Itu yang penting buat Mama untuk tujuh tahun pertama ini. You know we’re very proud of you :*

chalk

Advertisement

10 thoughts on “The First Seven Years

    1. Hmm nggak les siy, tapi aku bacain buku kalau malem, kalau dia lagi mood aku minta baca beberapa, tapi kalo gak mood ya mama nya yang bacain. Sekarang aku lebih sering sih ngajarin baca 🙂

  1. Wahh klo di indo, malah muda2an masukin anak ke sd ya… trus sd sekarang jg maunya terima anak sudah bisa baca tulis.. 😦
    Tapi Mamah Zahra hebat, bisa keukeuh ga ngajar calistus ke zahra sebelum waktunya #thumbsup

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s