Tahun baru biasanya jadi waktu yang tepat untuk review financial planning selama tahun sebelumnya. Entah kenapa ini seperti autopilot aja buat aku. Dua bulan kemarin Zayyan untuk pertama kali dalam hidupnya masuk Rumah Sakit. Dan karena itu aku jadi ngecek lagi saldo Dana Darurat keluarga yang kalau ibarat goa mungkin udah banyak sarang laba-laba alias gak pernah dijamah lagi. Padahal dana darurat itu dasar/pondasi dari perencanaan keuangan.

Lalu tiba-tiba aku agak shock pas cek saldonya. Lho kok segini??? Lupa kalau sempet kepake tapi terus nggak diisi ulang (emangnye aqua galon 🤣).
Dana darurat adalah sejumlah uang yang dicadangkan dan dialokasikan terpisah untuk memenuhi kebutuhan yang sifatnya darurat.
Bedanya sama tabungan? Jelas beda. Kalau tabungan kan kita kumpulin karena ADA TUJUAN tertentu. Misal investasi, liburan, dan lain-lain.
Dana darurat kita gunakan untuk hal-hal yang tidak terduga seperti :
- Anggota keluarga terkena musibah.
- Furniture rusak, atap rumah bocor, dll.
- Kendaraan butuh perbaikan.
- Binatang peliharaan sakit.
- Dan keadaan lain yang tidak direncanakan.
Kalau kita disiplin memisahkan antara tabungan dan dana darurat maka semakin mapan keuangan kita di masa mendatang.
Berapa alokasi Dana Darurat?
Financial planner Safir Seduk bilang sebaiknya kita menyisihkan 10% dari penghasilan untuk dana darurat. Kalau lebih ya lebih baik, tapi menurut Ligwina Hananto aku pernah baca dulu, dana darurat itu dihitung dari pengeluaran bulanan dan jumlah anggota keluarga. Hitungannya seperti ini :
Jadi misal penghasilan 10 juta, lalu pengeluaran bulanan 5 juta, kalau keluarga besar jadi sebaiknya alokasi dana darurat sebesar 60 juta. Kalau aku pribadi lebih milih asumsi dari Ligwina ini daripada Safir Seduk.
Dimana Dana Darurat Disimpan?
Pastinya harus di produk keuangan yang aman dan liquid (mudah dicairkan). Kalau aku sendiri melihat ada beberapa alternatif :
- Tabungan. Karena gampang tarik uang tinggal ke ATM, tapi bunga rendah sekitar 0,8 – 1.2% pastinya gak akan ngejar inflasi. Solusi? ya harus tiap bulan sisihkan sesuai kebutuhan dan inflasi.
- Deposito. Bunganya lebih tinggi 4-8 % per tahun, tapi kita akan kena pinalti kalau dicairkan sebelum tenggat waktu.
- Logam Mulia. Kenaikannya bisa 5-10 % kadang lebih. Tapi kebayang gak kalau lagi butuh cepet trus kudu jual emas dulu? Kadang juga ada waktu tertentu harga jual turun. Aku lebih memanfaatkan logam mulia untuk tujuan dana haji. Karena gak perlu dicairkan mendadak, nilai investasi bagus dan lebih afdol aja sih rasanya *duile
- Reksadana pasar uang. Kurang lebih sama ama deposito tapi imbal hasil lebih tinggi sedikit (PS : kalau tepat milih produknya. Inilah jadi review aku belakangan yang akhirnya aku cairin hampir semua Reksadana aku setelah 8 tahun. Cuma satu reksadana yang aku sisain. Kapan-kapan aku tulis kepisah aja *entah kapan).
Kalau aku pribadi akhirnya Dana Darurat dipecah jadi 2 produk keuangan sih : tabungan dan deposito. Semua yang bisa dicairkan online. Aku sampai saat ini masih setia sama CIMB click. Deposito bisa buka online, dicairin juga online, bunganya bersaing, kadang suka ada promo dapet poin. Bukan endors ya, tapi kalau mau endors gak nolak *eaaaaa.
Ini baru dana darurat, belum review ulang dana pendidikan nih.. *backsound film horor*
Gimana, lumayan ya jadi gak nafsu beli tiket liburan tahun ini walau cuma 1 menit.
Yang reksadana kenapa ya mbak, apakah karena kenaikannya tidak sesuai dengan yg diharapkan. Kebetulan saya punya 1 reksadana saham, niatnya buat dana pendidikan anak kuliah 12 tahun lagi, mumpung masih lama kalo ternyata kurang perform (apa sih istilahnya) masih bisa belok ke investasi lain yang lebih menjanjikan. Ditunggu sharingnya mbak.
iya kurang perform
Halo ka, saya bingung deh. Itu gimana cerita penghasilan 10 jt tapi dana darurat jdi 60jt?
Itu min 60jt maksudnya life time ya, bukan bulanan?
Trus kalau gt batasan terkumpul min 60jt itu berapa lama? Hehe jadi penasaran nih 😀
kan hitungnya dari pengeluaran bulanan bukan penghasilan. pengeluaran bulanan 5juta misal, pakai rumus diatas kalau keluarga besar dana daruratnya 12x pengeluaran bulanan.
Berapa lama? ya harusnya saat itu juga siy. tapi balik lagi ke kemampuan dan prioritas
Kemarin -kemarin aku juga punya dana darurat Mbak. Gara gara renovasi rumah semua dana darurat kepakai. Sekarang jadi gak ada lagi.
ya kurang lebih kita senasib :))
sama!!!bank itu emang enak buka deposito mau syariah mau konvensional tggal click bunga bersaing bisa pilih mulai 1 bulan pulak enakk buat yang gak banyak waktu roadshow demi selembar bilyet doank yang klo perlu ya dicairin hihi…klo dana darurat jujur blom ada yg stay adanya yg come n go baru kekumpul 3jt eh atap bocor panggil tukang, kekumpul lagi eh mobil mnta ganti onderdil dst dst….jd ada dan tiada.
Toss dulu mbak…aku jg ikutan deposito via cimbclicks, enak tinggal klak klik nggak pake ribet kayak bank syariah yg 1 lg aku pernah ikutan (mau pembukaan dan pencairan kudu dtg ke kantornya dan prosesnya ribet).
Oiya ditunggu tulisan terbaru tentang review reksadananya…krn aku ikutan rd saham udah jalan 4 thn (sistem autodebet) tp kok rasanya kurang perform tp mau berenti bingung jg mau dialihkan kemana krn kalau gak dibuat autodebet ntar gak disiplin investasinya, ntar uang malah kepake belanja online :))